- Pembentukan segitiga-segitiga oleh 3 orang pemain disaat menyerang terjadi secara natural dan mudah.
- Formasi ini sangat efektif saat melakukan serangan balik.
- Formasi ini memungkinkan pemain penyerang berada pada posisi terbaiknya.
Sebagai contoh Mario Gomez, penyerang tengah FC Bayern Muenchen, tidak perlu sering bergerak ke sayap kiri - kanan lalu tidak berada di depan gawang dimana ia seharusnya berada. Demikian juga Ribery dan Robben berada di posisi terbaik mereka; memiliki lebih banyak ruang disayap dan bisa melakukan speed dribbling dan crossing sesuai keahlian mereka. Untuk tidak membingungkan pemain biarkan tim anda bermain dengan formasi 4-3-3 hingga pemain berumur 15 tahun. Untuk 15 tahun keatas pemain perlu dilatih dalam berbagai formasi, terutama 4-4-2.
Ada 2 macam variasi formasi 4-3-3
Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 136) |
Keterangan :
Kedua formasi di atas menggambarkan posisi pemain disaat menyerang. Saat bertahan umumnya semua prinsip-prinsip bertahan 4-4-2 yang telah dijabarkan sebelumnya tetap sama. Yang berbeda saat bertahan CF tetap didepan dengan harapan center back lawan tidak ikut maju. Bila salah satu center back lawan ikut maju maka menjadi tugas CF untuk ikut turun membantu pertahanan. Demikian juga dengan wing strikers. WS kiri dan kanan tetap naik sejauh mungkin guna mencegah wing back lawan ikut naik membantu serangan. Namun bila wing back lawan ternyata ikut maju maka WS di sisi tersebut tentu harus ikut turun membantu pertahanan. Perhatikan gambar dibawah ini :
Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 136) |
Dari posisi yang compact seperti terlihat di atas, selanjutnya dilakukan pergeseran ke arah bola, membentuk segitiga, mendobel/ mengcover persis seperti yang telah dijabarkan diformasi 4-4-2 sebelumnya.
Pengertian Taktik Lapangan kecil (Small Side Games) Sebagai Tahapan Menuju 4-3-3
Mengapa lapangan kecil ( 4 V 4 / 5 V 5 / 7 V 7)?
- Semua pemain terlibat baik saat menyerang maupun saat bertahan.
- Pemain terus menerus dituntut untuk bersikap taktis .
- Tempo permainan cepat.
- Lebih simple (langkah awal yang baik).
- Untuk pemain usia dini (U5-U12) tidak dianjurkan bermain lapangan besar dan 11 v 11.
Di sisi lain pemain usia dini harus dipersiapkan untuk bisa bermain 4-3-3 di usia 12 tahun keatas. Lapangan kecil dan jumlah pemain sedikit dengan pemahaman taktis yang berjenjang menuju 4-3-3 adalah solusinya.
Coaching Points Bertahan (Defense):
- Segitiga.
- Pisang.
- Jarak antar lini.
- Komunikasi.
- Turun kebelakang bola.
- Isi belakang dulu.
- Cepat tutup/masuk.
Coaching Points Menyerang (Ofense) :
- One - two.
- Pantulan
- Overlap.
- Satu - dua sentuhan.
- Bola bawah tegas dan tepat.
- Main cepat.
- Cepat buka membentuk ketupat/ diamond.
1. Formasi 2-2
Formasi ini adalah formasi yang paling sering dipakai tim-tim futsal di seluruh dunia. Banyak pelatih biasanya juga memakai sistem ini. Alasannya antara lain sistem ini:
- Mudah dimengerti
- Tidak ribet (simple)
- Pembagian pemain ke depan/belakang dan ke kiri/kanan lapangan seimbang
- Porsi pemain tipikal menyerang dan bertahan terbagi dengan adil
Perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar 1. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 138) |
Keterangan : Pemain A, B, C, dan D membentuk segi empat. Jarak antar pemain depan dan belakang ± 7m. sedangkan jarak antar pemain dalam satu lini ± 5m.
Saat melatih formasi ini (begitu juga saat melatih formasi-formasi lainnya), pemain harus diberi pengertian bahwa cara bertahan yang baik selalu menerapkan prinsip-prinsip di bawah ini:
Prinsip Jarak
Seperti tampak pada diagram di atas, jarak antar-pemain harus teratur (kira-kira berjarak 5 meter antara satu pemain dan pemain lainnya). Hal ini penting untuk dimengerti karenahanya dengan jarak antar-pemain yang relatif berdekatan seperti ini pertahanan akan menjadi ketat (compact) sehingga sulit untuk ditembus oleh kombinasi-kombinasi yang dilakukan oleh lawan. Prinsip jarak antar-pemain yang relatif dekat ini mutlak harus dipertahankan ke mana pun bola dimainkan oleh lawan.
Prinsip Bergerak Serentak ke Arah Bola
Ke mana pun bola bergerak ke sana jugalah semua pemain bergerak secara bersamasama. Termasuk penjaga gawang. Perhatikan gambar ini:
Gambar 2. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 138) Keterangan : |
Diagram sebelumnya menunjukkan posisi pemain bertahan di saat bola yang dikuasai lawan berada di tengah lapangan. Kini posisi bola berada di sisi kiri pertahanan tim merah. Oleh karena itu, bentuk persegi empat berubah menjadi ketupat yang condong ke arah letak bola.
Prinsip “Mendobel” Lawan
Prinsip ini mengajarkan bahwa pemain lawan hendaknya sesering mungkin dikepung oleh dua pemain bertahan. Perhatikan Gambar 2. Apabila pemain penyerang 1 mendribel bola menyusur garis tepi lapangan maka pemain C dan A akan “mengeroyok” pemain tersebut sehingga bola akan lebih mudah direbut. Sebaliknya, apabila pemain penyerang 1 memutuskan untuk mendribel bola melewati sisi kanan pemain A (ke arah lapangan tengah) maka seharusnya yang terjadi adalah pemain C dan A dengan dibantu oleh pemain D bersama-sama mengepung pemain 1 (terjadi situasi 3 v 1). Jadi, intinya, situasi 1 vs 1 sebisa mungkin hendaknya dihindari. Situasi 1 v 1 tidak lagi diinginkan terjadi di sepak bola modern baik dalam sepak bola konvensional (lapangan besar) maupun futsal karena situasi 1 v 1 mengandung risiko bagi tim yang kalah dalam hal materi individu.
Dengan kata lain 1 v 1 mengandung risiko pemain bertahan dilewati lawan karena skillindividunya lebih jelek. Dengan bertahan secara 2 v 1, pemain bertahan yang kalah skill individunya akan terbantu oleh situasi menang jumlah. Dengan demikian, kalah skill dikompensasi oleh situasi menang jumlah (2 v 1 bahkan 3 v 1).
Nah, situasi menang jumlah ini hanya bisa terealisasi apabila pemain yang mendobel posisinya berdekatan dengan rekannya yang sedang menjaga lawan. Selain itu, penting sekali untuk pemain bertahan yang telah berhasil dilewati lawannya untuk tidak lepas tanggung jawab. Contohnya: Pemain A yang telah dilewati oleh pemain 1 mutlak harus mendobel ke belakang. Artinya pemain A setelah dilewati oleh pemain 1 harus membantu pemain C atau B guna merebut bola dari 1.
Prinsip Bergeser Secara Diagonal
Saat bola berubah posisi dari sisi lapangan satu ke sisi lapangan lain pastikan pemain melakukan pergeseran dengan cepat dan secara diagonal! Maksud dari pergeseran secara diagonal adalah menghindari situasi di mana pemain bertahan harus mengejar pemain menyerang dari belakang. Dengan cara bergeser secara diagonal pemain bertahan akan menghadapi lawan secara frontal (berhadap-hadapan).
Prinsip Cepat Buka Membentuk Ketupat/ Diamond
Saat bola berhasil direbut kembali pemain harus dilatih untuk dengan cepat dan sigap membentuk formasi dasar penyerangan yaitu 1-2-1 atau ketupat/ diamond. Dengan demikian pemain sejak dini dilatih untuk menciptakan 3 opsi; kiri, kanan, dan depan/ belakang sehingga sang pengumpan selalu memiliki 3 opsi.
2. Formasi 3-1
Keunggulan formasi 3-1 adalah kemiripannya dengan sistem 4-4-3 dalam sepak bola konvensional (lapangan besar). Artinya sistem 3-1 antara lain mengandung prinsip pembentukan segitiga dan pisang seperti layaknya cara bermain sistem 4-4-2 atau 4-3-3 secara modern (lihat gambar 4 dan gambar 6). Ini adalah sebuah keunggulan terutama saat bermain futsal. Dengan cara memakai sistem 3-1 pemain-pemain sepak bola konvensional bisa berlatih futsal tanpa kehilangan “jati dirinya”. Tentu saja, apabila pemain bermain futsal secara ngawur (asal-asalan), hal itu akan merusak karakter pemain. Memang bila seorang pemain sepak bola konvensional secara terus menerus bermain futsal tentu hasilnya tidak baik. Namun, pada prinsipnya, sering berlatih di lapangan kecil sangat baik bagi perkembangan pemain, asal prinsip-prinsip bertahan dan menyerang secara modern tidak diabaikan. Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 3. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 140) |
Keterangan : Jarak antar pemain A dengan lini belakang pertahanan kira-kira ± 7 m. Jarak antar-pemain lini belakang kira-kira ± 3 m (sebesar lebar gawang).
Formasi di atas terbentuk saat bola yang dikuasai oleh lawan berada di tengah lapangan. Perlu diingat bahwa dalam permainan small sided games (terutama untuk usia 12 tahun kebawah) tidak ada peraturan off side. Oleh karena itu, posisi pemain B dan/atau D bisa saja menjorok ke belakang dikarenakan adanya lawan yang harus dikawal. Namun, pada prinsipnya formasi di atas adalah formasi ideal saat bola berada di tengah lapangan. Lain lagi saat bola berada di sisi kiri atau kanan lapangan. Perhatikan gambar berikut ini:
Gambar 4. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 140) |
Keterangan : Perhatikan bagaimana pemain B, C, dan D membentuk sebuah pisang. Pemain depan A datang membantu pemain B sehingga pemain lawan 1 terkepung oleh dua pemain sekaligus. Namun, apa jadinya bila pemain 1 berhasil mengumpankan bola ke rekannya yang berada di jantung pertahanan (di depan gawang lawan)?
Perhatikan gambar - gambar di bawah ini, yang menunjukkan arah pergeseran pemain.
Gambar 5 & 6. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 141) |
Keterangan : Pemain B, C, dan D membentuk segitiga, sedang pemain A mendobel ke belakang.Pembentukan segitiga tentu saja hanya bersifat acuan. Apabila peraturan off side dipakai dan ada pemain lawan di belakang B atau D pemain yang terdekat tentu saja mundur sesuai posisi lawan. Untuk jelasnya perhatikan gambar 7.
Gambar 7. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 141) |
Keterangan : Perhatikan bagaimana pemain B menutup sisi gawang pemain 1. Perhatikan juga bahwa pemain B dan D tidak menjaga pemain 1 dan 3 secara ketat. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya umpan terobosan dari pemain 2 ke pemain 1 atau 3. Saat bertahan selalu tekankan kepada pemain untuk menjaga lawan secara frontal (menatap muka lawan). Hindari situasi di mana pemain bertahan harus mengejar lawan dari belakang. Serukan kepada pemain: “Jangan pernah tahu nomor punggung lawan!”
Perhatikan gambar 8 dan 9 di bawah ini :
Gambar 8 & 9. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 142) |
Keterangan : Semua pemain bertahan bergeser secara diagonal ke arah sisi kanan lapangan. Kecuali pemain B tentunya yang bergerak diagonal lalu naik guna menjaga pemain 2. Perhatikan di gambar 9 bagaimana pemain B, C, dan D membentuk pisang sedang pemain A membantu pemain B guna mendobel lawan.
Tentu saja diperlukan stamina yang baik dari pemain A. Memang di sinilah letak titik lemah sistem ini. Pemain A dituntut untuk senantiasa mendobel ke sisi kiri, sisi kanan sekaligus mendobel ke belakang. Dalam permainan futsal stamina pemain A tentu saja akan cepat terkuras. Tim-tim futsal dunia rata-rata menyiasati kelemahan sistem ini dengan cara sesering mungkin mengganti pemain A.
Terlepas dari kelemahan tersebut di atas sistem 3-1 termasuk cukup solid. Salah satu kelebihan sistem 3-1 yang menonjol bisa dilihat saat peralihan dari bertahan ke menyerang. Waktu terbentuknya diamond relatif cepat karena pemain tidak bingung harus bergerak ke mana.
3. Formasi 3-2
Formasi 3-2 sangat mirip dengan formasi 3-1. Bahkan formasi 3-2 bisa dikatakan hanyalah lanjutan formasi 3-1. Semua prinsip-prinsip bertahan dan menyerang sama dengan formasi 3-1.
Perhatikan gambar - gambar dibawah ini:
Gambar 10 & 11. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 143)
Keterangan : Gambar 10 menunjukkan formasi 3-2 saat menyerang, sedangkan gambar 11 menunjukkan formasi 3-2 saat bertahan. Dari posisi bertahan seperti yang tampak pada gambar 11selanjutnya dilakukan pergeseran secara bersama-sama kearah bola. Apabila bola berada disayap maka formasi bertahan akan berubah sebagai berikut:
Gambar 12. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 143) |
Keterangan : Perhatikan CF yang bergeser kesayap sehingga lawan didobel (2 v 1). Perhatikan juga bahwa CM mempunyai 2 opsi : turun seperti tampak pada diagram diatas atau naik keatas siap sedia melakukan serangan balik. Opsi yang dipilih tentu saja bergantung pada situasi di lapangan.
Apabila bola berada ditengah maka formasi bertahan akan berubah sebagai berikut: Gambar 13
Gambar 13. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 144) |
Keterangan : Perhatikan bahwa apabila bola berada ditengah salah satu dan CM atau CF melakukan pressing sementara rekannya mengcoverdibelakangnya.
4. Formasi 3-1-2-1
Saat bermain 7 v 7 (dengan kiper 8 v 8) penting untuk pemain bermain dengan sistem 3-1-2-1 saat bertahan dan 1-2-1-2-1 saat menyerang (double diamond). Hal ini penting karena setelah bermain 4 v 4 dengan sistem 3-1 saat bertahan dan 1-2-1 saat menyerang, bermain 7 v 7 dengan sistem diatas adalah fase berikutnya guna mengerti 4-3-3 secara bertahap. Setelah bola berhasil direbut kembali pemain dilatih untuk secepat mungkin membentuk double diamond seperti gambar di bawah ini:
Gambar 14 & 15. Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, 2012, 144) |
Selain itu persis seperti yang sudah dijabarkan di atas tentang pengertian taktik 4-3-3, para pemain depan (pemain 1, 2, dan 3 di gambar 14) hanya mundur kalau wing back atau center back lawan ikut naik membantu serangan. Dengan demikian tampak jelas bahwa permainan 7 v 7 adalah fase transisi antara 4 v 4 dan 11 v 11 menuju pemahaman formasi 4-3-3 yang benar.