1. Prinsip Buka - Tutup
Prinsip ini begitu dasar sehingga perlu dikemukakan paling awal. Mudah saja, saat lawan menguasai bola posisi tim keseluruhan harus mengecil/ mengkerut, sedangkan saat menguasai bola posisi tim keseluruhan harus membuka lebar dan panjang, selebar mungkin dan sepanjang mungkin.
2. Prinsip Ordnug (keteraturan)
Mundur diantara bola dan gawang sendiri
Mundur diantara bola dan gawang sendiri
Perhatikan sekali lagi gambar diatas saat pemain menguasai bola. Keteraturan yang sedemikian rupa hanya bisa terealisasi apabila semua pemain memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk secepat mungkin mundur saat bola direbut oleh lawan. Saat bola berpindah ke lawan semua pemain harus mundur hingga semua pemain berada diantara letak bola dan gawang sendiri. Hanya dengan cara demikian pertahanan bisa digalang bersama-sama sebagai unit: sebelas pemain sebagai satu kesatuan yang utuh bergerak bersama guna merebut bola secepat mungkin. Hanya apabila prinsip ini dilakukan pemain, maka prinsip nomor 3 (bergerak secara bersama-sama ke arah bola) bisa terwujud
Compact (kepadatan)
Dalam permainan sepakbola khususnya saat menerapkan pola 4-4-2, pemain harus bertindak dengan kompak dan compact . Kompak artinya bertindak secara bersama-sama dan saling bahu membahu. Di saat bertahan, pemain harus menempati posisi yang tidak jauh dari 10 meter diantara pemain dalam satu lini serta tidak tidak terlalu jauh 15 meter antar lini. Prinsip ini memang begitu penting.! Menggalang kekompakan sehingga tin secara keseluruhan tetap bisa menjaga posisi yang compact saat bergeser maju mundur atau ke kiri dan kanan dalah tantangan yang harus dihadapi bersama baik pemain maupun pelatih. Caranya tidak lain adalah berlatih dan berlatih.
Forechecking (pressing di daerah pertahanan lawan)
Bertolak dari penempatan posisi pemain yang teratur (jarak antar lini padat serta jarak antar pemain dalam satu lini dekat) tim secara keseluruhan bahu - membahu melakukan pressing (menekan lawan) dengan tujuan mencuri bola dari kaki lawan. Pressingitu sendiri dilakukan di tiga daerah lapangan. Tekanan yang dilakukan di daerah pertahanan lawan disebut forechecking atau pressing 1. Umumnya pelatih saat melakukan pressing 1 adalah sebagai berikut :
- Forechecking umumnya dilakukan saat ingin memforsir kemenangan, saat bertanding melawan lawan yang relatif lemah atau saat ketinggalan skor.
- Adapun kelemahan utama dari forechecking adalah penggantungan nasib pada peraturan offside, resikonya apabila wasit yang memimpin pertandingan lemah kinerjanya lawan yang lolos dari tekanan akan berhadapan langsung dengan gawang dan pejaga gawang. Dengan kata lain umpan terobosan adalah momok bagi sistem pressing ini.
Midfield Pressing (pressing yang dilakukan dilapangan tengah)
Midfield pressing atau pressing 2adalah tekanan yang dilakukan terhadap lawan yang dimulai di tengah lapangan. Artinya, lawan dibiarkan leluasa membangun serangan di daerah pertahanan nya sendiri tanpa diganggu terlebih dahulu. Baru setelah berada di daerah tengah lapangan tekanan dilakukan secara bersama, teratur dan agresif dilancarkan. Posisi pemain saat melakukan pressing 2 lihat gambar.
pressing di area tengah lapangan
|
- Midfielder pressing adalah pressing yang paling sering dan umum dilakukan. Tentu saja saat serangan kandas dan jauh di daerah pertahanan lawan.
- Begitu ada kesempatan (seperti terjadi lemparan ke dalam, dll) pemain berbondong - bondong kembali pada posisinya semula sesuai taktik midfield pressing/ pressing 2.
Fall Back (pressingyang dilakukan di daerah pertahanan sendiri)
Yang dimaksud dengan fall back adalah penempatan posisi pemain di daerah pertahanan sendiri. lawan dibiarkan bergerak bebas hingga melebihi garis tengah lapangan. Bisa dikatakan di saat - saat terakhir tekanan terhadap lawan dilakukan, adapun posisi pemain saat melakukan fall back atau pressing 3 lihat gambar.
- Taktik pressing 3 ini biasanya di pakai oleh tim - tim lemah yang hanya berusaha menyerang lewat serangan balik, bisa juga pressing 3 ini dilakukan oleh tim - tim yang kuat dan hanya sementara mundur dikarenakan gempuran lawan yang tiba - tiba bertambah sehingga membuat kewalahan, situasi seperti ini sering terjadi di saat lawan ketinggalan dan bernafsu mengejar ketertinggalan
3. Prinsip Bergerak Secara Bersama - sama Ke Arah Bola
Sistem bermain 4-4-2 maupun sistem-sistem modern lainnya seperti 3-4-3 atau 4-3-3 tidak bisa berfungsi dengan baik apabila pemain tidak bergerak secara bersama-sama ke arah bola. Sebagai contoh, lawan mengumpan bola kepada pemain 8 (sayap kirinya). Pergerakan lawan dengan demikian adalah ke kanan. Semua pemain bergerak serentak ke sebelah kanan lapangan. Perhatikan gambar di berikut ini.- Contoh di atas memakai taktik full back. Perhatikan bagaimana baik barisan pertahanan maupun barisan lapangan tengah membentuk dua pisang! Perhatikan juga bagaimana ketat dan padatnya posisi pemain satu dengan yang lainnya. Perhatikan penempatan posisi pemain 3 (bek kiri) dan 8 (sayap kiri) yang ikut masuk ke tengah. Hanya dengan demikian tim secara keseluruhan bisa berdiri dengan compact (padat dan ketat) sehingga lawan sulit melakukan kombinasi permainan. Permainan lawan menjadi tidak berkembang dan bola bisa dengan lebih mudah direbut kembali.
Bergerak ke arah bola mempunyai tujuan menciptakan situasi 2 v 1 bahkan 3 v 1. Pemain yang menggiring bola ditekan secara agresif oleh dua pemain bertahan sekaligus. Salah satu pemain bertahan bisa melakukan tekanan dengan total atau agresif karena ada pemain bertahan lain yang siap membantu apabila lawan mampu lolos. Sering pemain bertahan tidak total dalam menekan lawan karena khawatir dilewati lawan. Saat menerapkan sistem bermain 4-4-2 masalah ini bisa teratasi karena adanya pemain bertahan lain yang melapis. Prinsip melapis sesama pemain begitu sentral dalam falsafah sistem 4-4-2!. Pemain harus dibiasakan untuk selalu bersedia melakukan prinsip melapis baik di tengah lapangan, di sayap lapangan ataupun melapis ke belakang. Kuncinya pemain rajin bergerak dan rajin bergeser secara serentak. Saat bola "melewati” pemain, pemain tersebut harus memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk ikut turun ke belakang (bergeser sesuai posisinya) dan bila mungkin melakukan "melapis ke belakang”. Perhatikan gambar melapis ke belakang di bawah ini:
melapis ke belakang
- Pemain harus dibiasakan untuk selalu bersedia melakukan prinsip melapis baik di tengah lapangan, di sayap lapangan ataupun melapis ke belakang. Kuncinya pemain rajin bergerak dan rajin bergeser secara serentak. Saat bola "melewati” pemain, pemain tersebut harus memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk ikut turun ke belakang (bergeser sesuai posisinya) dan bila mungkin melakukan "melapis ke belakang”. Perhatikan gambar melapis ke belakang di bawah ini ini Perhatikan bagaimana pemain 7 (sayap kanan) dan pemain 9 (penyerang kanan) tidak berhenti bermain saat bola "melewati” keduanya. Baik pemain 7 maupun 9 sama-sama memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk membantu pemain 6 (gelandang bertahan) sehingga praktis terjadi situasi empat(!) v 1; pemain 6 menekan secara agresif (tentu saja tanpa melakukan pelanggaran)*, pemain 10 (gelandang serang) melapis pemain 6 dari belakang, sedang pemain 7 dan 9 “melapis ke belakang”. Perhatikan bahwa barisan pertahanan juga terlibat secara tidak langsung dengan cara naik ke atas sehingga jarak antar lini menjadi padat! Demikian juga pemain 11 (penyerang kiri) ikut bergeser sedikit ke belakang dan pemain 8 (sayap kiri) merapatkan posisinya ke arah pemain 6 dan 10. Ruang yang dimiliki lawan untuk melakukan kombinasi guna membangun serangan menjadi sangat minim dikarenakan tim yang bertahan menempatkan diri secara ketat dan padat. Sekali lagi: hal ini hanya bisa dicapai apabila semua pemain selalu bergeser ke arah bola secara bersama-sama.
* Keterangan: Melakukan pelanggaran menjadi tidak perlu dilakukan karena situasi menguntungkan tim sendiri. Melakukan pelanggaran di saat situasi begitu menguntungkan seperti ini (4 v 1) adalah bodoh karena dengan demikian situasi akan kembali netral. Lawan mendapatkan tendangan bebas sehingga bola yang tadinya sudah hampir terebut kembali bisa leluasa dikuasai lawan.
Secara praktis penerapan falsafah berorientasi kepada (1) bola, (2) kawan dan (3) lawan saat melakukan pergeseran bisa kita pelajari sesuai diagram di atas. Kita ambil pemain 8 (sayap kiri) sebagai contoh. Pemain 8 bergeser ke arah kanan karena letak bola adalah di sebelah kanannya. Selanjutnya 8 melihat temannya pemain 10 (gelandang serang) meninggalkan posisinya demi melapis pemain 6 dari belakang. Dengan demikian, pemain 8 harus bergeser lebih jauh ke dalam dari biasanya sehingga jarak kira-kira 10 meter antara pemain 10 dan 8 tetap terjaga. Baru kemudian pemain 8 berorientasi pada lawan dan menempatkan dirinya di antara lawan terdekat dan letak bola sehingga passing line atau garis umpan kepada lawan jagaannya bisa tertutup.
4. Prinsip Penggunaan Aturan Offside
Prinsip menekan lawan secara serentak di mana semua pemain terlibat (termasuk barisan bek yang ikut naik sehingga jarak antara baris tengah dan belakang menjadi dekat dan padat) hanya bisa dilakukan karena adanya peraturan offside. Apabila peraturan offside itu sendiri tidak ada maka tidak mungkin barisan pertahanan ikut naik baik untuk membantu serangan maupun guna membantu lapangan tengah mencuri bola dari lawan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam sepak bola modern pemain bertahan tidak ikut maju dengan tujuan lawan terperangkap offside! Ini yang sering salah dipahami. Dalam sepak bola modern barisan pertahanan ikut naik guna menciptakan barisan pertahanan secara keseluruhan yang compact. Lawan yang membawa bola tidak diberikan waktu, ketenangan dalam bertindak serta tempat. Hal ini hanya bisa terwujud apabila barisan pertahanan ikut menopang barisan gelandang dengan cara memperketat dan memperkecil ruang gerak lawan. Terperangkapnya penyerang lawan dalam offside hanyalah by product atau produk sampingan hasil pergerakan barisan pertahanan yang ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact! Oleh karena itu, istilah "jebakan offside” tidaklah tepat dalam sepak bola modern; pemain tidak naik semata-mata agar pemain lawan offside. Menurut saya di sinilah letak kelemahan utama sistem 4-4-2 saat dipraktikkan di Indonesia. Sistem pressing yang terkandung secara kental dalam falsafah bermain 4-4-2 sangat bergantung pada penilaian wasit yang jeli saat terjadi offside. Padahal kepercayaan publik Indonesia terhadap wasit baik dalam hal moral wasit maupun kemampuan wasit saat memimpin pertandingan tergolong minim. Sebuah dilema yang bisa dipecahkan dengan cara hanya memakai taktik miedfiel dpressing dan taktik fall back. Sedang taktik forechecking hendaknya hanya dipraktikkan apabila wasit yang memimpin pertandingan diketahui dengan pasti memiliki moral dan kemampuan yang baik.
5. Prinsip Penjaga Gawang Ikut Bermain
Dalam sepak bola modern penjaga gawang tidak hanya semata-mata bertindak sebagai penjaga gawang. Seorang penjaga gawang yang modern adalah penjaga gawang dan libero sekaligus. Seorang kiper dewasa ini harus mahir memainkan bola dengan kaki, harus mahir memberikan umpan pendek dan panjang, harus mahir membaca perkembangan serangan lawan serta harus bisa memberikan instruksi yang jelas dan benar kepada barisan pertahanan.
Saat lawan membangun serangan seorang penjaga gawang yang modern harus menempatkan diri relatif jauh di depan gawangnya sendiri. Kira-kira di mana seorang libero semestinya berada di situlah dia “berdiri”. Berdiri tertulis dalam tanda kutip karena kenyataannya kiper modern harus selalu bergerak sesuai letak bola: umumnya antara letak bola dan titik tengah gawang!
Pada piala dunia 2006 Jürgen Klinsmann, pelatih timnas Jerman saat itu, mengejutkan dunia dengan keputusannya memilih Jens Lehmann (Arsenal) di atas Oliver Kahn (Bayern München). Dalam sebuah konfrensi pers Klinsmann menjelaskan bahwa ada 10 kriteria yang dibahas secara mendetail sebelum keputusan dilakukan. Dari 10 kriteria tersebut ada 9 kriteria di mana kekuatan Lehmann dan Kahn hampir sama. Hanya dalam satu kriteria Lehmann jauh unggul di atas Kahn; dalam hal ikut bermain! Lehmann adalah seorang pemain bola yang lebih baik dari Kahn. Teknik mengolah bola dan kualitas umpan Lehmann sangat baik sehingga dialah yang akhirnya terpilih menjadi kiper No. 1 Jerman. Dalam sistem sepak bola modern tidak ada tempat untuk seorang libero. Tapi karena barisan pertahanan harus ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact penjaga gawang otomatis harus keluar dari sarangnya guna mengantisipasi umpan terobosan lawan. Untuk jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.
- Perhatikan bahwa; (1) posisi kiper adalah di antara bola dan titik tengah gawang (invisible line), (2) posisi kiper relatif jauh dari mulut gawang , dan (3) kiper siap mengantisipasi umpan terobosan lawan. Ketiga tujuan di atas hanya bisa terealisasi apabila penjaga gawang senantiasa bergerak sesuai letak bola dan situasi permainan. Jarak antara kiper dan barisan pertahanan yang menjadi relatif pendek juga menguntungkan disaat bola harus terlebih dahulu diumpankan kepada kiper di saat tekanan teralu hebat untuk memaksakan diri memainkan bola ke depan. Menguntungkan karena jarak umpan menjadi jauh lebih pendek dibandingkan apabila kiper tetap di sarangnya. Hal ini penting dari segi keamanan. Perlu diingat bahwa di bagian sepertiga pertama lapangan berlaku hukum safety first atau penekanan terhadap keamanan. Karena semakin pendek umpan semakin bagus kualitas umpan itu sendiri maka otomatis semakin amanlah umpan yang berjarak pendek.
Penjaga gawang modern dituntut untuk begitu aktif dalam hal ikut bermain baik di saat lawan menguasai bola maupun di saat membangun serangan sehingga istilah "pemain gawang” menjadi semakin populer, khususnya di bagian selatan Jerman akhir-akhir ini. Banyak pelatih di selatan Jerman bahkan membiasakan diri menyebut sistem 4-4-2 dengan 1-4-4-2. Kiper ikut dihitung dan disebut karena peran penjaga gawang memang menjadi semakin penting di era sepak bola modern ini. Memang sistem 4-4-2 atau 4-4-3 serta formasi modern lainnya tidak bisa berfungsi dengan baik apabila tidak ada "pemain gawang” yang bertindak sebagai libero*. Oleh karena itu, saya pribadi setuju sistem 4-4-2 disebut dengan 1-4-4-2. Paling tidak sebagai wujud hormat saya terhadap kiper sebagai salah satu bagian yang penting dalam tim. Apa pun nama sistem yang dipakai, apa pun istilah yang diberikan kepada kiper, yang paling penting adalah pemain mengerti bahwa kiper harus ikut bermain dengan aktif!
Keterangan :
* Tanpa seorang kiper yang sekaligus bertindak sebagai libero, risiko bertahan secara modern akan terlalu tinggi. Barisan pertahanan yang naik guna menciptakan pertahanan yang compact harus dilapis oleh kiper yang juga ikut naik (keluar dari sarangnya) sehingga risiko umpan terobosan dapat diminimalisasi.
sumber : Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepakbola Indonesia (Timo S. Scheunemann, PSSI, 2012)