4-3-3 Sebagai Formasi Belajar

Mengapa 4-3-3?
Filosofi Sepakbola Indonesia bisa diwujudkan dengan berbagai varian formasi bermain. Sebenarnya dengan formasi apapun, permainan proaktif dalam menyerang-bertahan dan transisi dapat diwujudkan. Hanya saja pada proses belajar, dibutuhkan suatu formasi bermain yang standard dan seragam. Ini dilakukan untuk memudahkan proses belajar bagi pemain muda. PSSI memilih formasi bermain 4-3-3 sebagai formasi belajar untuk mewujudkan Filosofi Sepakbola Indonesia. Pilihan subjektif PSSI ini didasari pemikiran bahwa 4-3-3 adalah formasi bermain termudah untuk pemain muda belajar.


Pertama, formasi 4-3-3 menyajikan 3 lini (belakang, tengah, depan) dengan penyebaran jumlah pemain merata. Logika sederhana mengatakan bila 10 pemain di luar kiper dibagi disebar ke 3 lini, maka pada setiap lini akan diisi oleh 3 orang. 1 pemain tersisa kemudian ditempatkan di belakang, sehingga terciptalah formasi 4-3-3. Kedua, secara natural posisi berdiri 11 pemain di lapangan banyak menciptakan segitiga (triangle) dan ketupat (diamond). Kondisi ideal ini bahkan bisa dicapai tanpa pemain harus melakukan banyak pergerakan. Ini merupakan kondisi ideal yang memberikan efek positif untuk permainan.
Ilustrasi diamond shape dalam 4-3-3, Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 23)
Setiap pemain dengan bola akan memiliki banyak opsi passing (minimal 4-5 opsi). Situasi yang bukan hanya memudahkan tim menguasai bola, tetapi bermain penguasaan bola progresif berorientasi ke depan. Struktur posisi natural 4-3-3 juga memudahkan tim untuk melakukan pressing sejak lawan membangun serangan dari bawah.

Ketiga, formasi 4-3-3 dalam format permainan 11v11 juga secara terstruktur dapat disederhanakan menjadi formasi 1-3-3 pada format permainan 7v7. Dimana format permainan 7v7 amat baik untuk pemain usia 10-13 tahun belajar sepakbola. Kemudian dari dari format 7v7, permainan makin disederhanakan ke format 4v4 dengan formasi 1-2- 1. Dimana format 4v4 adalah permainan terbaik untuk pemain usia 9 tahun ke bawah.

Pada akhirnya saat pemain sejak kecil katakanlah usia 8 tahun belajar sepakbola, ia akan mendapatkan pelatihan yang metodis, terstruktur dan sistematis. Pemain sedikit demi sedikit mulai belajar belajar sepakbola dari yang paling sederhana (4v4), hingga yang paling kompleks (11v11).

Nomor Posisi dalam Formasi 4-3-3 ala Indonesia 

Sebelum mulai menjabarkan model permainan 4-3-3 ala Indonesia, ada baiknya kita menyepakati Nomor Posisi dalam formasi tersebut. Nomor posisi yang dimaksud di sini bukanlah Nomor Punggung. Dimana setiap pemain di dalam suatu kompetisi resmi memiliki nomor yang permanen. Maksud nomor posisi adalah semacam kode yang disepakati bersama sesuai dengan posisi bermain pemain. Dalam hal ini penomoran posisi yang dipilih PSSI untuk formasi 4-3-3 ala Indonesia adalah seperti yang tertera pada gambar di bawah ini.
Nomor posisi dalam 4-3-3 ala indonesia, Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 24)
Kesepakatan tentang keseragaman sistim penomoran ini kelihatannya sepele, tetapi punya dampak dahsyat. Buat praktisi sepakbola di Eropa misalnya, sistim penomoran ini telah menjadi bahasa yang dimengerti semua orang. Di ruang ganti, pelatih dan pemain terbiasa berdiskusi dengan nomor ini. Kalimat “Hati-hati dengan No. 7 dan 11 lawan, mereka sering masuk ke dalam,” atau “Saya mau kamu (No.9) turun untuk pressing No.6 lawan” adalah bahasa sehari-hari yang tak asing lagi. Penggunaan sistim penomoran ini juga amat berguna dalam pendidikan pelatih. Di setiap kursus, workshop dan seminar pelatih, bahasa nomor posisi memperlancar komunikasi antar sesama pelatih. Bahasa ini digunakan secara lisan, tetapi juga akan secara tulisan dalam manual dan diktat kursus pelatih PSSI. Nantinya, papan taktik pelatih di Indonesia akan selalu menggunakan biji-biji bernomor 1 sampai 11. Keberadaan nomor ini juga bermanfaat terkait latihan posisi. Dalam bahasa Inggris disebut “positional play”, dalam bahasa Spanyol “juego de posicion” dan bahasa Belanda “positiespiel”. Filosofi latihan posisi ini adalah “berlatih seperti kita bermain”. Artinya posisi berdiri dalam bentuk latihan apapun harus selalu mencerminkan posisi berdiri saat bermain. Pada aplikasi model latihan ini, penomoran posisi menjadi krusial.

Cara Menyerang 4-3-3 ala Indonesia
Filosofi Sepakbola Indonesia menginginkan penguasaan bola konstruktif dari lini ke lini secara progresif berorientasi ke gawang lawan. Untuk itu, saat tim memulai serangan dari tendangan gawang kiper, maka tim segera melakukan spreading out (menyebar) menggunakan panjang dan lebar lapangan. Dari formasi dasar 4-3-3 membentuk formasi menyerang 2-3-2-3
Dari 4-3-3 ke 2-3-2-3,  Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 25)

Pada kondisi misal lawan gunakan 4-3-3, maka di bawah tercipta situasi 4 (+1 GK) vs 3. Pemain No. 3 dan 4 melebar dan turun ke kedalaman. Lalu pemain No. 2 dan 5 naik tinggi ke depan. Posisi empat pemain belakang seperti ini penting agar tim bisa membangun serangan kontruktif dari lini bawah.
Membangun serangan dari bawah (1),  Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 25)
Naiknya pemain No.2 dan 5 tinggi ke depan memberi dilemma bagi No.7 dan 11 lawan. Jika kedua sayap lawan tidak turun, maka berarti di tengah tim kita akan tercipta situasi 5 (2,5,6,8,10) vs 3 (6,8,10 lawan). Kiper bisa memainkan bola ke No.2 dan 5 kita yang tak terjaga atau ke gelandang tengah yang free.
Membangun serangan dari bawah (2),  Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 25)

Sebaliknya, jika No. 7 dan 11 lawan ikut turun untuk menjaga No. 2 dan 5, memang situasi di lini tengah tetap 5v5. Akan tetapi, di bawah berarti ada ruang besar untuk kiper, No. 3 dan 4 melawan No. 9 lawan (situasi 3v1). Pada kedua situasi ini kiper memiliki banyak pilihan untuk progresi ke depan. Inilah contoh cara membangun serangan secara konstruktif dari bawah, lini ke lini.

Membangun serangan dari bawah (3),  Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 26)
Cara Bertahan 4-3-3 ala Indonesia
Pada saat tim tidak menguasai bola, Filosofi Sepakbola Indonesia menegaskan bahwa tim harus secara proaktif untuk secepat mungkin merebut bola dengan Smart Zonal Pressing. Tinggi rendahnya pressing sangat situasional tergantung seberapa menguntungkan pressing untuk cepat rebut bola. Tim harus mengecil (compact) dengan jarak vertikal dan horizontal antar pemain saling berdekatan satu sama lain. Jarak vertikal dekat bertujuan untuk mempersempit ruang antar lini. Sedangkan jarak horizontal dekat bertujuan untuk mencegah lawan passing bola ke depan. Formasi yang disarankan adalah transformasi dari 4-3-3 menjadi 4-1-4-1. Di dalam formasi tersebut, tim bergerak ke segala arah dengan pertahankan jarak dekat satu sama lain berorientasi pada bola.
Dari 4-3-3 ke 4-1-4-1 dalam bertahan,  Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 26)
Pada saat lawan mulai bangun serangan dari bawah, No. 7, 9, 11 tim kita harus menjaga jarak tetap dekat. Dengan timing yang tepat saat No. 3 atau 4 lawan menguasai bola, No. 9 harus lakukan pressing dengan lari melingkar. Tujuan lari melingkar ini agar lawan No.3 misalnya, tidak dapat lakukan passing ke No. 1 atau 4. Proses ini disebut disturbing.

Mengganggu lawan bangun serangan,  Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 27)
Gerakan pressing No.9 ini merangsang pemain No. 3 untuk passing melebar ke No.2. Bila ini yang terjadi, maka tim akan lebih mudah untuk menjebak lawan di pinggir. Disinilah pressing bermula. Permainan di pinggir lebih mudah diantisipasi dan terprediksi, sebab garis pinggir adalah kawan tim kita. Saat semua pemain mengecil mengarah ke bola di pinggir, maka lawan akan tertekan, buat kesalahan dan kehilangan bola. Penting saat melakukan proses disturbing dan pressingini, semua pemain tidak melakukan penjagaan berorientasi pada lawan. Tetapi tim melakukan penjagaan berorientasi pada zona. Di samping melakukan penjagaan zonal, saat melakukan pressing,selalu tersedia pemain yang lakukan marking, cover dan balance.

Tugas pemain per posisi dalam formasi 4-3-3

1 Kiper (GK)
Menyerang
  • Memulai serangan tim (kaki-tangan).
  • Menjadi opsi backpass saat sirkulasi bola.
  • Outlet perpindahan arah serangan dan passing ke depan.
Bertahan
  • Dengan komunikasi, organisir tim agar lawan kuasai bola jauh dari gawang.
  • Pastikan tim COMPACT, selalu terjadi proses markingcover, balance.
  • Cegah terjadinya gol (blok, tip, punch).
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 27)

2 dan 5, Bek Kanan dan Bek Kiri (wing back)
Menyerang
  • Up dan lebar saat tim mulai serangan.
  • Menjadi opsi passing diagonal untuk renggangkan 7/11 lawan.
  • Outlet passing ke depan hasil dari menang jumlah/perpindahan serangan.
Bertahan
  • COMPACT, lakukan proses marking, cover, balance.
  • Dengan komunikasi, organisir lini tengah agar lawan tidak bisa progresi bola ke depan.
  • Mengatasi situasi 1v1 dengan 7/11 lawan atau 9 lawan yang melebar.
  • Cegah lawan melakukan crossing.
  • Antisipasi umpan lawan ke tiang jauh.
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 28)


3 dan 4 Bek Tengah Kanan dan Bek Tengah Kiri (center back)
Menyerang
  • Drop dan lebar saat tim mulai serangan.
  • Menjadi opsi passing diagonal untuk kiper, untuk menggerakkan striker.
  • Outletpassing ke depan hasil dari perpindahan serangan.
Bertahan
  • COMPACT, lakukan proses marking, cover, balance.
  • Dengan komunikasi, organisir lini tengah agar lawan tidak bisa progresi bola ke depan.
  • Mengatasi situasi 1v1 dengan 9/10 lawan.
  • Antisipasi striker lawan drop (marking), antisipasi space behind (drop back).
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 28)
6 Gelandang Bertahan (defensive midfielder)
Menyerang
  • Menjadi outlet awal progresi serangan dari lini belakang ke lini tengah.
  • Open up untuk menjadi opsi passing No. 3 & 4.
  • Open up untuk menarik lawan keluar dari defensive line, sehingga tercipta jalur passing ke depan.
Bertahan
  • Dengan komunikasi, mengorganisir 8,10,7,11,9 agar mencegah lawan passing ke depan.
  • Menjadi pelapis dan pengeroyok back four saat lawan sudah penetrasi ke depan.
  • Mengisi lubang yang ditinggalkan pemainposisi lain saat transisi dari ATT -> DEF.
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 29)
8 dan 10 Gelandang Serang (attacking midfielder)
Menyerang
  • Sebagai outlet untuk progresi bola ke depan.
  • Sebagai opsi progresi bola ke depan dengan berdiri di ruang antar lini.
  • Kombinasi dengan 7,11,9 untuk lakukan penetrasi dan finishing.
Bertahan
  • Dengan komunikasi, organisir 7,9,11 agar cegah lawan passing ke depan.
  • Mengecil COMPACT, melakukan kerja marking, cover balance di tengah agar lawan tidak dapat passing ke depan.
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 29)

7 dan 11 Penyerang Sayap Kanan dan Kiri (wing forward)
Menyerang
  • Sebagai outlet untuk progresi bola ke depan.
  • Sebagai opsi progresi bola ke depan dengan berdiri di ruang antar lini.
  • Kombinasi dengan 8,10,9 untuk lakukan penetrasi dan finishing.
  • Kombinasi dan solo play di pinggir, diakhiri crossing, shooting.
Bertahan
  • Dengan komunikasi, organisir 9 agar mengarahkan 3 & 4 lawan bermain ke pinggir.
  • Mengecil COMPACT, melakukan kerja marking, cover balancedi tengah agar lawan tidak dapat passing ke depan.
  • Turun dan masuk ke dalam untuk antisipasi perpindahan arah serangan.
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 30)
9 Striker
Menyerang
  • Menjaga panjang lapangan.
  • Sebagai opsi passingke depan dengan berdiri di ruang antar lini.
  • Membuat pergerakan drop/melebar untuk menarik keluar lawan dari backlinenya.
  • Melakukan lari ke belakang backlinelawan.
  • Kombinasi dengan 8,10,7,11 untuk penetrasi dan finishing.
Bertahan
  • Menjadi pertahanan pertama untuk press build up lawan.
  • Mengarahkan 3 & 4 lawan agar tidak dapat pindah arah serangan dan bermain ke pinggir.
  • Melakukan backward pressing untuk menjepit lawan dari belakang saat lawan sudah progresi.
Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 30)

Penyederhanaan dari 11v11 ke 7v7 ke 4v4
Pada prakteknya, Filosofi Sepakbola Indonesia dengan formasi belajar 1-4-3-3 tidak bisa langsung dipelajari oleh pemain usia muda. Format 11 orang bermain bersama terlalu kompleks untuk langsung dipelajari. Di samping itu, dengan format 11 orang bermain melawan 11 orang, maka aksi dengan bola yang dilakukan amatlah minim. Sungguh situasi permainan yang tidak kondusif untuk pemain belajar. Untuk itu, format 11v11 pun disederhanakan menjadi format 7v7 untuk pemain usia 10-13 tahun belajar.


Mengapa 7v7? Sebab dengan format 7v7, pemain secara otomatis menciptakan segitiga dan ketupat tanpa harus banyak bergerak. Formasi yang digunakan saat menyerang adalah 1-2- 1-2-1. Formasi ini tanpa disadari adalah berbentuk dua ketupat (double diamond). Dengan bentuk dua ketupat, tim tetap mudah belajar menguasai bola secara proaktif, konstruktif dan progresif ke depan untuk cetak gol. Selalu terdapat pemain yang menjaga panjang dan lebar lapangan, sehingga lapangan menjadi besar saat tim kuasai bola.
Formasi menyerang 7 vs 7, Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 32)
Saat bertahan, formasi yang digunakan adalah 1-3-3. Dimana seluruh fungsi dan prinsip yang digunakan di format 11v11, tersaji dan lebih mudah teraplikasi di format 7v7. Seluruh pemain mengecil, menjaga jarak vertical dan horizontal tetap dekat satu sama lain. Bersama melakukan penjagaan zonal untuk secepat mungkin merebut bola.

Formasi bertahan 7 vs 7, Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 33)
Pada kasus pemain muda pemula, format 7v7 pun masih terlalu rumit untuk dipelajari. Jumlah aksi yang bersentuhan dengan bola pun belum cukup banyak. Untuk itu format 7v7 perlu disederhanakan menjadi format 4v4. Alasan format 4v4 dipilih adalah karena masih menyajikan bentuk satu ketupat (diamond). Dengan formasi 1-2-1, 4v4 adalah bentuk permainan terkecil yang merupakan replikasi dari 11v11.
Formasi 4 vs 4, Kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017, 33)

Demikian penjabaran tentang 4-3-3 sebagai formasi belajar yang dapat anda terapkan dan dikembangkan. Salam untuk kita semua pecinta sepakbola. Semoga bermanfaat.



Sumber :

Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia (High Peformance PSSI, 2017)

Subscribe to receive free email updates: