Pembinaan Mental Dan Kematangan Bertanding

Pembinaan mental

Penyempurnaan mental atlet secara serempak, seimbang antara fisik dan mental dalam proses latihan merupakan keharusan untuk dilatihkan sejak usia dini sampai usia emas (10 - 30 tahun). Mengapa demikian.? Sebab mental berfungsi antara lain :
1.     Sebagai penggerak, pendorong, dan pengarah.
2.     Untuk kemantapan dalam bertanding.
3.     Menguatkan untuk mencapai cita - cita juara.
4.     Mengukuhkan sikap sportivitas ( fair play ).

Italia saat menjuarai piala dunia 2006


Aspek - aspek mental yang dibina

1. Tempramen ( karakter ). Watak pembawaan sejak lahir yang mendukung prestasi perlu dibina dan dikembangkan, sedangkan watak yang menghambat prestasi di usahakan berkurang. masalah tempramen pelatih tidak mungkin dapat berbuat banyak dalam usahanya mengembangkan aspek positif dan mengurangi aspek negatif. Watak pembawaan positif antara lain : tabah, jiwa kompetisi tinggi, kemauan keras, keberanian dan ketenangan. Adapun watak pembawaan negatif antara lain : pemarah, penakut dan kecil hati.
2.  Psikologi. Apek psikologi yang perlu ditingkatkan untuk mendukung pencapaian prestasi prima mencakup : cipta, rasa, karsa, konsentrasi, perhatian, minat, motivasi dll.
3.  Sikap kepribadian. Adapun sikap kepribadian yang mendukung prestasi antara lain : disiplin, kreatif, ulet, tekun, jujur, sosial, berani, tenang dan pantang menyerah. Sikap kepribadian penghambat prsetasi : cepat putus asa, ragu - ragu, sombong, gelisah, rendah diri dan tidak tahan terhadap stres.
4.  Budi pekerti. Budi pekerti luhur, tata krama, sesuai dengan norma - norma masyarakat, etika pertandingan dan peraturan, laku utama perlu mendapat perhatian dan dijaga serta dikembangkan sebaik - baiknya untuk pendukung prestasi lahir batin.
       5. Sikap ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Gelandang Arsenal, Mesut Oezil


Pembinaan mental atlet ditujukan untuk peningkatan :
  • Daya juang yang tinggi.
  • Motivasi untuk meraih keberhasilan.
  • Kematangan mental untuk mengatasi masalah - masalah dalam bertanding.
  • Kemampuan menghadapi frustasi dan stres dalam pertandingan.
  • Memiliki ketenangan mental atau mental baja dalam bertanding.
  • Mempunyai kemampuan kemandirian yang tinggi sehingga daya kreatifitas dan sikap percaya diri dapat diandalkan.
  • Mampu mengendalikan diri untuk bertanding secara sportif  atau fair play.



Kematangan Bertanding 
Kematangan dalam bertanding adalah keadaan atlet yang telah stabil prestasi puncaknya dalam setiap bertanding, Meskipun menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda - beda dari lawan - lawannya. Atlet telah matang, dewasa dan tinggi sikap kemandiriannya.


Ciri - ciri atlet yang matang dalam bertanding :
  • Prestasi prima telah stabil artinya grafik prestasi dengan fluktuasi kecil.
  • Sanggup dengan cepat mengatasi frustasi dan stres dalam pertandingan.
  • Mudah beradaptasi terhadap lingkungan yang  berbeda - beda.
  • Mampu menggunakan tenaga secara efektif dan efisien.
  • Memiliki sikap penuh percaya diri dan kemandrian yang tinggi.
  • Dalam mengikuti pertandingan/ kompetisi sering juara ( peringkat atas ).
  • Fair play/ sikap sportif yang tinggi. Mau menerima kekalahan dan terus mengevaluasi diri dan tidak mencari kambing hitam atas kekalahan.
  • Dapat mengendalikan diri dalam bertanding.
Cara - cara membina kematangan bertanding
  •  Atlet sering melakukan pertandingan - pertandingan uji coba dengan lawan yang berbeda - beda, baik dalam hal lingkungan/ daerah maupun dalam hal kemampuan.
  • Sesering mungkin mengikuti pertandingan/ kompetisi/ turnamen. Berbeda dengan uji coba karena dalam suatu pertandingan dalam kompetisi/ turnamen tentu memiliki suasana dan atmosfer yang berbeda.
  • Melihat/ observasi dan menganalisa pertandingan - pertandingan nasional maupun internasional.
  • Memberikan stres fisik dan mental saat latihan.
  • Pemberian masalah - masalah dan tugas - tugas rumit untuk dipecahkan dalam latihan.
Pendekatan perindividu secara cermat dan kontinyu oleh pelatih sangat diperlukan.


Cara evaluasi
1.     Catatlah yang rapi tentang tingkah laku atlet.
2.     Penilaian secara kuantitatif dan abstrak, pelatih harus yakin kebenarannya.
3.     Tes IQ dan tes kepribadian perlu dilakukan.

Bagi seorang atlet, kemampuan fisik awalnya terlihat menentukan. Namun, tidak begitu kata psikolog, fisik hanya menempati urutan kedua, karena mental adalah segalanya. Psikologis olahraga, Dr. John Bartholomew dan Dr. Esbelle Jowers dari Universitas Texas sepakat kalau atlet kelas dunia memadukan kekuatan fisik dan mental sebagai rahasia prestasi yang mereka raih. Pertandingan adalah momen bagi atlet untuk memaksimalkan apa yang mereka lakukan saat latihan. Mental berpengaruh besar di sini. Untuk mengetahui bagaimana cara melatih mental atlet terutama atlet sepakbola, silahkan lihat Teori Melatih Mental pada blog ini.




Sumber :

Ilmu Melatih Lanjutan (Maidarman, UNP, 2010) 

Subscribe to receive free email updates: